Cara pembelian rumah melalui KPR (Kredit Pemilikan Rumah) merupakan
salah satu cara yang favorit. Anda tinggal datang ke bank dan mengajukan KPR.
Namun, ternyata tidak semudah itu untuk mendapatkan KPR. Masih banyak salah
persepsi yang diterima oleh masyarakat mengenai KPR itu. Berikut ini adalah
lima mitos yang salah mengenai KPR.
Mitos
1: Anda hanya perlu menabung cukup untuk membayar DP pembelian rumah
Benar bahwa salah satu langkah awal membeli rumah adalah mampu
membayar DP (biasanya sekitar 30% harga beli properti); tetapi saat
mengumpulkan uang, orang harus mempertimbangkan biaya-biaya tambahan pembelian
rumah – yang sebagian besarnya wajib dan harus dibayar di muka:
·
Bea meterai
·
Biaya aplikasi
·
Biaya penilaian
·
Biaya legal
·
Asuransi KPR
Sebagai tambahan terhadap biaya-biaya di atas, disarankan bagi
pembeli untuk mempertahankan dana taktis sejumlah sekitar 3 bulan gaji untuk
keadaan darurat atau jika Anda kehilangan pekerjaan.
Mitos
2: Semakin besar Anda mampu membayar DP, semakin baik
Menyediakan dana DP yang
lebih besar (lebih daripada yang diperlukan) secara natural berarti jumlah
pinjaman yang lebih kecil yang pada akhirnya mengarah pada cicilan bulanan yang
lebih kecil pula, tetapi dengan melakukan hal ini, uang Anda terikat pada rumah
sehingga jatah uang untuk biaya perbaikan rumah atau untuk membayar utang-utang
lainnya akan berkurang. Jika membayar DP lebih besar berarti mengecilnya dana
kontingensi bagi Anda, Anda lebih baik menyimpan kelebihan uang DP tersebut
untuk keadaan darurat.
Mitos
3: Bayar cicilan bulanan lebih besar untuk mempersingkat tenor pinjaman
Kecuali
Anda memiliki KPR Flexi, membayar cicilan bulanan lebih dari yang diwajibkan
mungkin hanya akan memberi sedikit keuntungan bagi Anda. Lebih jauh lagi,
dengan periode lock-in yang biasanya diterapkan pada
sebagian besar pinjaman rumah sekarang ini, Anda bahkan dapat diberi penalti
karena menyelesaikan pinjaman rumah Anda dalam periode lock-in ini.
Mitos 4: Menunggu hingga usia yang tepat untuk membeli rumah
Sebagian besar orang
akan memberi nasihat pada generasi yang lebih muda untuk menunggu sebelum
memasuki area pinjam-meminjam, khususnya KPR yang mungkin membutuhkan waktu
hingga tiga dekade untuk dilunasi, dengan alasan kekhawatiran akan
kebangkrutan.
Meskipun peringatan
tersebut ada benarnya, orang tidak seharusnya mengabaikan ide mengambil KPR di
usia muda – dengan asumsi bahwa orang tersebut mampu membayarnya. Jadi,
kapankah waktu yang tepat untuk membeli rumah?
Mitos
5: Melakukan refinancing pada KPR Anda adalah ide buruk
Refinancing adalah tindakan mengambil KPR atau
pinjaman rumah baru untuk melunasi pinjaman rumah lama. Refinancing – dengan asumsi dilakukan setelah periode lock-in dari pinjaman rumah yang lama dapat
menghasilkan penurunan jumlah cicilan bulanan yang signifikan, tetapi juga
dapat mengakibatkan efek finansial yang merugikan.
Saat mempertimbangkan untuk melakukan refinancing, penting untuk dipertimbangkan penghematan bunga
dari pinjaman rumah lama dan biaya awal (jika ada) dan suku bunga pinjaman
baru. Hal yang kedua sangat penting karena suku bunga dapat lebih rendah di
tahun pertama tetapi lebih tinggi di tahun-tahun berikutnya. Temukan informasi
lebih lanjut mengenai refinancing KPR sebelum membuat keputusan.
Bagi Anda seorang
karyawan, batas usia maksimal saat melunasi KPR adalah 55 tahun, sedangkan
untuk pengusaha atau wiraswastawan, batas usianya adalah 65 tahun. Semakin dini
mengambil cicilan, semakin besar kesempatan Anda mengambil jangka waktu kredit
yang cukup panjang.
tulisan ini bersumber dari : Blog Urbanindo. Sumber gambar : rumah.com